Kamis, 08 September 2011 | 17:13:23 WITA
Pinrang Harus Mampu Mengekspor Sayur-sayuran
Pinrang Harus Mampu Mengekspor Sayur-sayuran
NASRI
ABOE/FAJAR
GUBERNUR Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Bupati Aslam Patonangi, Wagub Agus Arifin Nu'man, Kadis Pertanian Luthfi Halide, mempeliatkan hasil panen perdana Cabai di Padangloan dengan hasil perpohon 1,5 kg.
GUBERNUR Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Bupati Aslam Patonangi, Wagub Agus Arifin Nu'man, Kadis Pertanian Luthfi Halide, mempeliatkan hasil panen perdana Cabai di Padangloan dengan hasil perpohon 1,5 kg.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, dan wakil Gubernur Sulsel Agus
Arifin Nu'man, Rabu 7 September 2011, lalu, terpengarah pmenyaksikan
hamparan tanaman holtikultura yang digarap kelompok tani yang mampu
menghasilakn Rp 756 juta per satu kali panen.
Bupati Pinrang, Aslam Patonangi yang ikut mendapi gubenur Sulsel bersama wakilnya serta jajaran Muspida melakukan panen perdana diatas areal sekitar 350 hektar dari lahan 500 hektar yang disiapkan.
Cabai yang tumbuh subur serta buah melon yang menggiurkan itu, serta tanaman hortikultura lainnya, gubernur Syarul penuh senyum saat melakukan panen perdana yang ditandai dengan pengguntingan pita. "Sebentar di foto ya ...Saya langit asyik panen cabai nih," kata Syahrul ke Mitra Petani dari Panamerah untuk diambil gambarnya.
"Saya benar-benar puas dengan hasil rekayasa tehnologi dan hasilnya menjadikan kawasan Sipundang ini jadi kawasan hortikultura ini. Bukan saja di Pinrang yang merasakan manfaatnya, akan tetapi Sulsel juga," kata Syahrul sambil meminta wartawan mengabadikan hasil panennya bersama Wagub Agus Arifin Nu'man dan Bupati Aslam Patonangi.
Karena gembiranya meliat areal tandus dan kini disulap jadi kawasan hortikultura itu, membuat rombongan dan bahkan tuan rumah terlihat kewalahan mengikuti Syahrul yang mengelilingi areal tanaman cabai, melon, dan tanaman lainnya. "Cepat ikut Pak Gubernur, dia kuat jalan, " kata Lutfi Halide, Kadis Pertanian Provinsi Sulsel, lalu melintas pematan perkebunan cabai, bersama Bupati Aslam dan rombongan lainya.
Bahkan Kelapa Dinas Perkebunan Sulsel Burhanuddin, di susul kepala Dinas PU Bina Marga, Abd.Latief, Kadis Perikanan, Kehutanan, dan Peternakan, juga terliat jalan pontang-panting dari pematan kematang yang jauh tertinggal dari langka lajunya Syahrul dari pematang ke pematang tersebut, ke pematan tanaman hortikultura tersebut.
EKSPOR SAYUR
Berkaitan dengan program pemerintah Sulsel yang akan melakukan eksport komiditas hortikultura, Syahrul menantang masyarakat dan pemerintah Pinrang, untuk berani melakukan eksport. "Jangan biarkan lahan yang penuh dengan nilai dolar ini begitu saja. Kita harus berani memasarkan hasil komoditas hortikultura ini bukan saja antar pulau akan tetapi justru kita ekspor ke Singapura," ajak Syahrul penuh semangat.
Syahrul sambil melirik ke kanan dimana Agus Arifin Nu'man duduk berjejeran dengan Bupati Aslam Patonangi, juga menyinggung, kurung wakta tiga tahun masa kepemimpinannya sebagai orang nomor satu dan dua di Sulsel ini, diawal star roda perputaran perekonomian rakyat hanya berkisar Rp 39 triliun, naik menjadi Rp 94,3 triliun. Dan hal yang menggimbirakan, lanjut Syahrul, dalam laporan per April 2011 saja, ternyata peningkatan perputaran perekonomian di Sulsel sudah mencapai Rp 99,7 triliun. Ini menunjukkan pencapaian angka Rp 110 triliun, akan dicapai Sulsel. " Apalagi dengan hamparan hurtikultura di kawasan Sipundang ini, sangat meyakinkan mendukung angka pencapaian tersebut," katanya.
Langke (45) yang mewakili tujuh kelompok tani di kawasaan lahan hortikulutura di Sipundang ini, saat didampingi Luthfie Halide, mengatakan hasil dari tenaman berbagai komoditas hortikultura di kawasan ini berupa sayuran, Cabai, Bawang, Melon, dan Semangka di atas areal 350 hektar dari 500 yang tersedia, pada panen perdana hasil jual mencapai Rp 756 juta.
Langke, menambahkan, dari hasil Rp 756 juta itu, merupakan dari hasil cabai saja diperoleh 9.450 ton cabai dengan harga jual Rp 8.000 per-kg. "Kalau dikalkulasi pencapaian petani dalam sebulannya dari tanaman cabai diperoleh Rp 84 juta, belum termasuk harga buah Melon yang mulai dipadati permintaan pedagan antar pulau dari Kalimantan," katanya.
Bahkan menurut Langke, Senin 5 September 2011, lalu, hasil melon yang dipetik sebart 7 ton, diborong pedagang antar pulau dari Samarinda, senilai Rp 24.500.000, dengan harga jual Rp 3.500 perkilogramnya. Sedang hasil panen perdana bersama gubernur Sulsel di antara Melon memiliki berat 3 kilogram perbuahnya.
Bupati Aslam Patonangi, dan Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura, Luthfi Halide, meyakinkan bila hasil komoditas hortikultura tidak akan kalah saing dengan hasil hortikultura dari negara Thailand dan Asia lainnya bila di banding dengan hasil sayur-sayuran dan buah dari Pinrang, dan daerah lainnya di Sulsel.
Karena itu,gubernur Sulsel memerintahkan segerah semua SKPD-nya di Sulsel untuk segera membuat terobosan eksport ke Singapore, termasuk hasil cokelat, ikan dan hasil pertanian lainnya. "Kalau negara lain bisa ... kenapa kita tidak," kunci Syahrul.
Sangking senangnya meliat kerhasilan rekayasa teknologi dari lahan tandus menjadi lahan produktif hortikultura, gubernur berjanji akan memberi hadiah khusus bagi pemerintahan dan masyarakat Pinrang. (*)
Bupati Pinrang, Aslam Patonangi yang ikut mendapi gubenur Sulsel bersama wakilnya serta jajaran Muspida melakukan panen perdana diatas areal sekitar 350 hektar dari lahan 500 hektar yang disiapkan.
Cabai yang tumbuh subur serta buah melon yang menggiurkan itu, serta tanaman hortikultura lainnya, gubernur Syarul penuh senyum saat melakukan panen perdana yang ditandai dengan pengguntingan pita. "Sebentar di foto ya ...Saya langit asyik panen cabai nih," kata Syahrul ke Mitra Petani dari Panamerah untuk diambil gambarnya.
"Saya benar-benar puas dengan hasil rekayasa tehnologi dan hasilnya menjadikan kawasan Sipundang ini jadi kawasan hortikultura ini. Bukan saja di Pinrang yang merasakan manfaatnya, akan tetapi Sulsel juga," kata Syahrul sambil meminta wartawan mengabadikan hasil panennya bersama Wagub Agus Arifin Nu'man dan Bupati Aslam Patonangi.
Karena gembiranya meliat areal tandus dan kini disulap jadi kawasan hortikultura itu, membuat rombongan dan bahkan tuan rumah terlihat kewalahan mengikuti Syahrul yang mengelilingi areal tanaman cabai, melon, dan tanaman lainnya. "Cepat ikut Pak Gubernur, dia kuat jalan, " kata Lutfi Halide, Kadis Pertanian Provinsi Sulsel, lalu melintas pematan perkebunan cabai, bersama Bupati Aslam dan rombongan lainya.
Bahkan Kelapa Dinas Perkebunan Sulsel Burhanuddin, di susul kepala Dinas PU Bina Marga, Abd.Latief, Kadis Perikanan, Kehutanan, dan Peternakan, juga terliat jalan pontang-panting dari pematan kematang yang jauh tertinggal dari langka lajunya Syahrul dari pematang ke pematang tersebut, ke pematan tanaman hortikultura tersebut.
EKSPOR SAYUR
Berkaitan dengan program pemerintah Sulsel yang akan melakukan eksport komiditas hortikultura, Syahrul menantang masyarakat dan pemerintah Pinrang, untuk berani melakukan eksport. "Jangan biarkan lahan yang penuh dengan nilai dolar ini begitu saja. Kita harus berani memasarkan hasil komoditas hortikultura ini bukan saja antar pulau akan tetapi justru kita ekspor ke Singapura," ajak Syahrul penuh semangat.
Syahrul sambil melirik ke kanan dimana Agus Arifin Nu'man duduk berjejeran dengan Bupati Aslam Patonangi, juga menyinggung, kurung wakta tiga tahun masa kepemimpinannya sebagai orang nomor satu dan dua di Sulsel ini, diawal star roda perputaran perekonomian rakyat hanya berkisar Rp 39 triliun, naik menjadi Rp 94,3 triliun. Dan hal yang menggimbirakan, lanjut Syahrul, dalam laporan per April 2011 saja, ternyata peningkatan perputaran perekonomian di Sulsel sudah mencapai Rp 99,7 triliun. Ini menunjukkan pencapaian angka Rp 110 triliun, akan dicapai Sulsel. " Apalagi dengan hamparan hurtikultura di kawasan Sipundang ini, sangat meyakinkan mendukung angka pencapaian tersebut," katanya.
Langke (45) yang mewakili tujuh kelompok tani di kawasaan lahan hortikulutura di Sipundang ini, saat didampingi Luthfie Halide, mengatakan hasil dari tenaman berbagai komoditas hortikultura di kawasan ini berupa sayuran, Cabai, Bawang, Melon, dan Semangka di atas areal 350 hektar dari 500 yang tersedia, pada panen perdana hasil jual mencapai Rp 756 juta.
Langke, menambahkan, dari hasil Rp 756 juta itu, merupakan dari hasil cabai saja diperoleh 9.450 ton cabai dengan harga jual Rp 8.000 per-kg. "Kalau dikalkulasi pencapaian petani dalam sebulannya dari tanaman cabai diperoleh Rp 84 juta, belum termasuk harga buah Melon yang mulai dipadati permintaan pedagan antar pulau dari Kalimantan," katanya.
Bahkan menurut Langke, Senin 5 September 2011, lalu, hasil melon yang dipetik sebart 7 ton, diborong pedagang antar pulau dari Samarinda, senilai Rp 24.500.000, dengan harga jual Rp 3.500 perkilogramnya. Sedang hasil panen perdana bersama gubernur Sulsel di antara Melon memiliki berat 3 kilogram perbuahnya.
Bupati Aslam Patonangi, dan Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura, Luthfi Halide, meyakinkan bila hasil komoditas hortikultura tidak akan kalah saing dengan hasil hortikultura dari negara Thailand dan Asia lainnya bila di banding dengan hasil sayur-sayuran dan buah dari Pinrang, dan daerah lainnya di Sulsel.
Karena itu,gubernur Sulsel memerintahkan segerah semua SKPD-nya di Sulsel untuk segera membuat terobosan eksport ke Singapore, termasuk hasil cokelat, ikan dan hasil pertanian lainnya. "Kalau negara lain bisa ... kenapa kita tidak," kunci Syahrul.
Sangking senangnya meliat kerhasilan rekayasa teknologi dari lahan tandus menjadi lahan produktif hortikultura, gubernur berjanji akan memberi hadiah khusus bagi pemerintahan dan masyarakat Pinrang. (*)
Sumber : http://www.fajar.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar